Selasa, 30 November 2010

Tafsir Muqarin ( Oleh Drs. H.M Sya'ban Nasution, S.Pd.I )

PENDAHULUAN

Alquran merupakan sumber hukum Islam yang terutama serta merupakan pedoman dan petunjuk bagi kehidupan manusia. Oleh karenanya sebagai seorang muslim wajib untuk mempelajari dan menggali isi Alquran, tidak semua umat Islam khususnya a’jamiy ( bukan orang arab) bisa memahami isi kandungan alquran kecuali dengan bantuan penafsiran para mufassir.
Seorang mufassir tidak bisa menafsirkan Alquran begitu saja tanpa dilatarbelakangi dengan ilimu-ilmu yang berkaitan dengan tafsir (‘ulum at-tafsir), ilmu tafsir terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan waktu, terbukti dengan bermunculan dan dikarang serta diterbitkannya kitab-kitab tafsir dalam beraneka corak.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang tafsir muqarin yang meliputi tentang: pengertian tafsir muqarin, metode-metode penafsirannya, langkah-langkahnya, kitab-kitab serta kelebihan dan kelemahan metode tafsir al-muqarin.














A. Pengertian at-tafsir al-muqarin
Sesuai dengan namanya at-tafsir al-muqarin adalah tafsir yang menggunakan metode perbandingan (komparatif), Al-Farmawi memberikan defenisi tentang at-tafsir al-muqarin yaitu:
وهو بيان الايات القرانية على ما كتبه جمع من المفسرين
Artinya: menjelaskan ayat-ayat alquran berdasarkan pada apa yang telah dituliskan oleh sejumlah mufassir.

Muhammad Amin Suma memberikan defenisi at-tafsir al-muqarin ialah tafsir yang dilakukan dengan cara membanding-bandingkan ayat-ayat alquran yang memiliki redaksi berbeda padahal isi kandungannya sama, atau antara ayat-ayat yang memiliki redaksi yang mirip padahal isi kandungannya berbeda.
Dari defenisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa at-tafsir al-muqarin membahas tentang penjelasan dan perbandingan antara ayat-ayat yang mempunyai redaksi berbeda tetapi mempunyai maksud yang sama, atau ayat-ayat yang mempunyai redaksi yang mirip tapi maksudnya berbeda. Penafsiran ini dapat juga dikategorikan dengan penafsiran bi al-ma’sur dan penafsiran bi ar-ra’y,

B. Metode at-tafsir al-muqarin
Metode muqarin adalah suatu metode tafsir alquran yang dilakukan dengan cara membandingkan ayat-ayat al-quran yang satu dengan lainnya, atau membandingkan ayat-ayat alquran dengan hadis-hadis nabi Muhammad saw. yang tampak bertentangan, serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran alquran.

Metode at-tafsir al-muqarin mencakup tiga kelompok yaitu:
1. membandingkan teks (nas) ayat-ayat alquran dengan ayat lain yang mempunyai perbedaan atau persamaan dan kemiripan redaksi.
Perbandingan dalam aspek ini dapat dilakukan pada semua ayat, baik dalam pemakaian mufradat, urutan kata, maupun kemiripan redaksi.
Mufassir membandingkan ayat alquran dengan ayat lain, yaitu ayat-ayat yang memiliki perbedaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang sama; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi mirip atau sama dalam masalah atau kasus yang (diduga) mempunyai perbedaan. Bahwa objek kajian metode tafsir ini hanya terletak pada persoalan redaksi ayat-ayat alquran, bukan dalam bidang pertentangan makna.
a. Contoh penafsiran dengan cara membandingkan ayat-ayat alquran yang memiliki redaksi berbeda tapi maksudnya sama. Firman Allah swt.
ولا تقتلوا اولادكم من املاق نحن نرزقكم واياهم
Artinya: “janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin, kami yang akan memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka”
(Al-An’am: 151)
ولا تقتلوا اولادكم خشية املاق نحن نرزقهم وايا كم
Artinya: “janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin, kami yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepada kamu”
(Al-Isra’: 31).

Kedua ayat di atas menggunakan redaksi yang berbeda padahal maksudnya sama yakni sama-sama mengharamkan pembunuhan anak. Hanya saja sasarannya berbeda. Yang pertama, al-An’am: 151 khitab ditujukan kepada orang miskin atau fuqara; sedangkan ayat kedua al-Isra’: 31, arah pembicaraannya lebih ditujukan kepada orang-orang kaya. Dengan mendahulukan damir mukhatab (نرزقكم) dari damir ghaib (اياهم) memberikan pemahaman tentang khitab atau sasarannya adalah orang miskin, sedangkan mendahulukan damir gaib (نرزقهم) dari damir mukhatab (اياكم) memberikan penafsiran bahwa sasarannya adalah orang kaya.

Contoh kedua terdapat dalam surah al-Kafirun
قل يا ايها الكافرون (١) لا اعبد ما تعبدون (٢) ولا انتم عابدون ما اعبد (٣)
ولا انا عابد ما عبدتم (٤) ولا انتم عابدون ما اعبد (٥)
Artinya: 1. Katakanlah hai orang-orang kafir. 2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah tuhan yang aku sembah. (Q.S. Al-Kafirun: 1-5).


Jika dibandingkan antara redaksi ayat-ayat di atas, maka nampak dengan jelas, ayat ke-2 dan ke-4 mempunyai redaksi yang berbeda tapi mempunyai maksud yang sama. Yaitu larangan untuk bertoleransi serta beribadah bersama-sama dengan orang kafir. Akan tetapi yang membedakan adalah waktu beribadah tersebut.
Pada ayat kedua (لا اعبد) memberikan pemahaman bahwa waktu yang ditujukan adalah sekarang ( saat ini, hari ini) saya tidak akan menyembah yang sedang kamu sembah sekarang. Sedangkan pada ayat keempat (ولا انا عابد) memberikan keterangan bahwa waktu yang ditujukan adalah untuk masa kapan saja (sekarang dan akan datang). Yaitu saya tidak akan pernah menyembah apa yang sudah kamu sembah.

b. Membandingkan ayat yang mirip tapi mempunyai maksud yang berbeda.
Contoh penafsiran tersebut adalah terdapat dalam surah al-Qasas dan surah Yasin.
وجاء رجل من اقصى المدينة يسعى قال يا موسى ان الملأ يأتمرون بك ليقتلوك فاخرج انى لك من الناصحين
Artinya: Dan datanglah seorang laki-laki dari ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: “Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah (dari kota ini) karena sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat kepadamu”. ( Q.S. Al-Qasas: 20)


وجاء من اقصى المدينة رجل يسعى قال يا قوم اتبعوا المرسلين
Artinya: dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”. (Q.S. Yasin: 20)


Bila diamati dengan seksama, kedua ayat di atas tampak mirip redaksinya meskipun maksudnya berlainan. Pada ayat pertama, al-Qasas:20 mengisahkan peristiwa yang dialami nabi Musa as dan kejadiannya di Mesir; sedangkan surah Yasin: 20 berkenaan dengan kisah yang dialami penduduk sebuah kampung (ashab al-qaryah) di Inthaqiyah (Antochie), sebuah kota yang terletak disebelah utara Siria dan peristiwanya bukan pada masa nabi Musa as.

2. Membandingkan ayat alquran dengan matan Hadis
Contoh penafsiran dengan cara membandingkan ayat alquran dengan Hadis yang terkesan bertentangan padahal tidak. Sebagaiman terdapat dalam surah an-Nahl: 32 dengan Hadis riwayat Tirmizi.
ادخلوا الجنة بما كنتم تعملون
Artinya: “Masuklah kamu kedalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (Q.S an-Nahl: 32)

لن يدخل احدكم الجنة بعمله (رواه الترميذى)
Artinya: “tidak akan masuk seseorangpun diantara kamu ke dalam surga disebabkan perbuatannya.” (H.R. Tirmizi)


Antara ayat dengan Hadis terkesan ada pertentangan. Untuk menghilangkan pertentangan itu, al-Zarkasyi mengajukan dua cara.
Pertama, dengan menganut pengertian harfiah Hadis, yaitu bahwa orang-orang tidak masuk surga karena amal perbuatannya, akan tetapi karena rahmat dan ampunan tuhan. Akan tetapi, ayat di atas tidak disalahkan, karena menurutnya, amal perbuatan manusia menentukan peringkat surga yang akan dimasukinya. Dengan kata lain posisi seseorang dalam surga ditentukan perbuatannya .
Kedua, dengan menyatakan bahwa huruf ba’ pada ayat di atas berbeda konotasinya dengan yang ada pada Hadis tersebut. Pada ayat berarti imbalan sedangkan pada hadis berarti sebab.


3. Membandingkan penafsiran mufassir dengan mufassir lain.
افتطمعون ان يؤمنوا لكم وقد كان فريق منهم يسمعون كلام الله ثم يحرفونه من بعد ما عقلوه وهم يعلمون
Artinya: “apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memaaminya, sedang mereka mengetahui” (Q.S. Al-Baqarah: 75)


Penafsiran para mufassir tentang cara nabi Musa as berkata-kata dengan Allah swt. ( وكلم الله موسى تكليما)

A. Tafsir al-Qurtubi
انه سمع كلاما ليس بحروف واصوات، وليس فيه تقطيع ولا نفس
Artinya:Bahwa Nabi Musa as. mendengar suatu perkataan yang tanpa berhuruf dan bersuara, tanpa terputus-putus dan tanpa satu nafas.

B. Tafsir at-Tabari
وكلم الله موسى تكليما اى خاطب الله بكلامه موسى خطابا، وكلم موسى، كلمه بالالسنة،فجعله يقول : يارب لا افهم ! حتى كلمه بلسانه آخر الألسنة artinya: Allah swt. Berdialog yang perkataannya kepada nabi Musa as. dengan satu dialog, dan berkata-kata kepada Musa as, perkataannya dengan ucapan (bahasa) Allah swt, sehingga menjadikan nabi Musa bertanya kepada Allah: wahai tuhanku Aku tidak paham! Sehingga Allah swt berkata-kata dengan nabi Musa as. dengan ucapannya(yang dipahami nabi Musa) yang lain dari ucapan (bahasa)Allah swt.
C. Tafsir al-Munir
وكلم الله موسى تكليما اى كلمه على التدريج شيئا فشيئا بحسب المصالح بغير واسطة اى ازال الله عنه الحجاب حتى يسمع معنى القائم بذاته تعالى.
Artinya: Allah berkata-kata dengan nabi Musa maksudnya Ia berkata-kata dengannya dengan cara berangsur-angsur sedikit demi sedikit memandang maslahat, tanpa ada perantara yaitu Allah menghilangkan penghalang darinya sehingga dia mendengar pengertian yang ada pada zat Allah swt.



C. Langkah-langkah dalam penafsiran at-tafsir al-muqarin
Langkah-langkah yang ditempuh ketika menggunakan metode at-tafsir al-muqarin menurut al-Farmawi ada 4 cara, yaitu sebagai berikut:
1. Mengumpulkan sejumlah ayat alquran
Seorang jika hendak membandingkan antara ayat yang mempergunakan redaksi yang berbeda terhadap suatu masalah yang sama, atau menggunakan redaksi yang mirip terhadap kasus yang berbeda, maka harus mengumpulkan sejumlah ayat alquran kemudian membandingkannya. Begitu juga dengan membandingkan ayat dengan hadis, mufassir juga harus mengumpulkan hadis-hadis yang mempunyai redaksi yang sama.
2. Mengemukakan penjelasan para mufassir, baik dikalangan ulama salaf maupun khalaf, baik tafsirnya bercorak bi al-ma’sur atau bi ar-ra’yi
Langkah ini dilakukan seorang mufassir dengan cara membaca, mentelaah serta meneliti sehingga dapat diketahui kecendrungan seorang mufassir dalam penafsirannya.
3. membandingkan kecendrungan tafsir mereka masing-masing
4. menjelaskan siapa diantara mereka yang penafsirannya dipengaruhi-secara subjektif- oleh mazhab tertentu
Penelitian terhadap kitab-kitab mufassir akan didapati kecendrungan mufassir terhadap suatu mazhab atau suatu aliran teologi tertentu, dan dapat juga diketahui tentang tidak sepahamnya atau bahkan menolak terhadap mazhab yang lainnya.
Dari sini mufassir akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang berbagai penafsiran yang telah ada, untuk kemudian memilih atau mengadakan penafsiran yang ia pandang lebih sesuai, lebih kuat dan lebih tepat.dengan beberapa argumentasi yang dikemukakan, mufassir yang bersangkutan dapat saja mengkompromikan berbagai penafsiran yang telah ada, atau memilih dan memperkuat salah satu dari padanya, bahkan boleh jadi dia menolak semua tafsiran yang telah ada seraya mengedepankan penafsiran dalam kaitan dengan soal-soal yang sedang dibahasnya .


D. Kitab-kitab at-Tafsir al-Muqarin
Kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode tafsir al-muqarin sangat langka tidak seperti kitab-kitab lainnya, diantara kitab tafsir al-muqarin adalah:
1) Durrat at-Tanzil wa Qurrat at-Ta’wil (mutiara at-Tanzil dan Kesejukan at-Ta’wil), karya al-Khatib al-Iskafi (w. 420 H / 1029 M)
2) Al-Burhan fi Taujih Mutasyabih al-Quran (Bukti Kebenaran dalam Pengarahan Ayat-ayat Mutasyabih al-Quran), karya Taj al-Qarra’ al-Kirmani (w. 505 H / 1111 M)
3) Al-Jami’ li Ahkam al-Quran (Himpunan Hukum-hukum al-Quran), karya al-Qurtubi (w. 671 H)

E. Kelebihan dan Kekurangan Metode at-Tafsir al-Muqarin
Seperti metode-metode yang lain, metode at-tafsir al-muqarin juga mempunyai kelebihan serta kekurangan.
1. Kelebihan
a. Memberikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas.
Bila dibandingkan dengan metode lain sebagaimana yang terlihat dalam contoh-contoh yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa penafsiran dengan metode ini sangatlah luas wawasannya karena cara penafsirannya ditinjau dari segala asfek disiplin ilmu pengetahuan sesuai dengan keahlian para mufassirnya.
b. Membuka pintu untuk selalu bersikap toleransi terhadap pendapat orang lain yang kadang-kadang jauh berbeda dengan pendapat kita dan tak mustahil ada yang kontradiktif
c. Tafsir dengan metode al-muqaranah ini amat berguna bagi mereka yang ingin mengatahui berbagai pendapat tentang suatu ayat.
d. Mufassir didorong untuk mengkaji berbagai ayat dan Hadis-hadis serta pendapat-pendapat para mufassir lain.
2. Kekurangan
a. Metode ini tidak dapat diberikan kepada para pemula, seperti mereka yang sedang belajar ditingkat sekolah menengah ke bawah.
b. Metode ini kurang dapat diandalkan untuk menjawab permasalahan sosial yang tumbuh ditengah masyarakat. Hal ini disebabkan metode ini lebih mengutamakan perbandingan daripada pemecahan masalah.
c. Metode ini terkesan lebih banyak menelusuri penafsiran-penafsiran yang pernah diberikan oleh ulama daripada mengemukakan penafsiran-penafsiran baru.
KESIMPULAN

Agama Islam yang dibawa nabi Muhammad saw. merupakan pedoman bagi kehidupan manusia serta menjadi petunjuk dalam jalan kebenaran, melalui alquran dan Hadis jalan kebenaran semangkin jelas, kehidupan manusia semangkin terarah dengan mempedomaninya.
Banyak sekali ilmu yang terkandung dalam Alquran yang tidak semua orang mampu untuk memahami dan menggali alquran, kemudian datanglah para mufassir untuk membantu orang-orang yang tidak dapat memahami alquran.
Metode muqarin disajikan kepada para pencari ilmu dan pecinta Alquran untuk membuka wacana baru dan wawasan yang lebih luas dan mendalam untuk bidang kajian tafsir, karena semua asfek keilmuan ditampilkan dalam kajian dan metode ini dari perbandinggan Alquran itu sendiri atau kajian tentang Hadis dan bahkan kajian tentang pendapat para ulama dan mufassir.












DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hafif Dasuqi dkk, Al-quran al-Karim dan terjemahan. Majma’ al-Malik Fahd li Tiba’at al-Mushaf al-Syarif. 1418 H.

Ali bin Ahmad al-Wahidiy. Murah Labid Tafsir an-Nawawi at-Tafsir al-Munir. Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah t.t.

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Alquran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar cet.II 2000.

Al-Farmawi, Abdu al-Hay. Al-Bidayah fi at-Tafsir al-Maudu’i. Kairo: t.p. cet.I 1976.

Ibn Jarir at-Tabari, Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil ayi al-Quran. Bairut: Dar al-Fikr 2001.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi. Bairut: Dar al-Fikr 1993.

Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada cet. I 1998.

Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad. Al-Jami’ li Ahkam Al-Quran. Bairut: Dar al-Fikr 2002.

Shihab, Quraish, et al. Sejarah dan Ulum al-Quran. Jakarta: Pustaka firdaus cet.I 1999.

Suma, Muhammad Amin. Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus 2001.






























AT-TAFSIR AL-MUQARIN

Pada matakuliah
ULUM AL-QURAN

Dosen Pembimbing
Prof. Dr. H.A. Yakub Matondang, MA.

Pemakalah
Bustami
Sem I/ 09/ TH/ Konsentrasi Hadis/ 1734








PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
1430 H/ 2009 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hidupkan dakwah dikampus antum, atau antum lebih baik merasa tanpa dakwah.. wallahu a'lam